Monday, March 20, 2017


Hi

   Sebelum membahas tentang Rangkaian Sensor Cahaya dengan LDR untuk membuat Lampu Otomatis, pernahkah Anda mengalami ketika ingin meninggalkan rumah atau kontrakan dalam waktu yang lama, kemudian dengan alasan tertentu Anda memutuskan untuk menyalakan lampu depan rumah secara terus-menerus? Hal tersebut merupakan hal yang biasa. Tapi begini, kita bisa tahu bahwa pemilik rumah sedang tidak ada dengan dua indikasi : lampunya mati terus atau lampunya nyala terus. Apakah itu masalah? Tidak selalu, sebab tidak semua orang punya niat jahat dan tidak semua orang punya niat baik. :)

Dengan lampu otomatis ini setidaknya kita bisa mendapatkan dua keuntungan, pertama kita bisa menghemat listrik dan yang kedua, kita setidaknya menghindari orang yang tak dikenal mengintai rumah kita karena tak berpenghuni. Dengan adanya lampu otomatis, kita bisa menghemat setidaknya 50 % dari daya yang bisa dihabiskan lampu tersebut.

Katakanlah kita kita punya lampu depan 10 watt dinyalakan 24 jam sehari selama 10 hari, maka setidaknya lampu tersebut akan mengkonsumsi daya sebanyak 10 waat x (24x10) jam = 2400 watt jam atau 2400 wh atau 2.4 kwh. Misal, misal lho ya, misal 1 kwh harganya 1000, maka biaya yang dipakai listrik adalah 2.4 x 1000 = 2400 rupiah. Itu kalau satu, tapi kalau banyak? Jika kita menggunakan lampu otomatis, kita bisa menghemat sekitar 50% karena lampu akan nyala setidaknya setengah hari saja.

Selain untuk menghemat energi, lampu otomatis ini juga bisa membuat rumah tampak hidup dan tampak ada penghuninya. Sebab, siang lampunya mati, kalau malam lampu ada yang ngidupin. Jika ada orang asing, tentu akan menganggap bahwa penghuni rumah ada di dalam. Begitulah kira-kira manfaat dari lampu otomatis ini. Untuk membuat lampu otomatis, ada banyak cara. Salah satunya dengan sensor cahaya. Rangkaian dan cara membuatnya pun tidak terlalu susah (tidak susah bagi yang sudah tahu, :p).

Baca juga contoh implementasi LDR dengan alat yang sederhana :
1. Lampu Rumah Otomatis 
2. Fitting Lampu Otomatis untuk lampu senja

Sekilas tentang Cara kerja LDR (Sensor Cahaya)

Gambar LDR - Rangkaian Sensor Cahaya LDR untuk Lampu Otomatis
Gambar LDR ukuran besar
Light Dependent resistor (LDR) merupakan sebuah resistor yang nilai resistansinya berubah seiring perubahan initensitas cahaya yang mengenainya. Dalam kondisi gelap, resistansi LDR sekitar 10MĪ©, tapi dalam kondisi terang resistansi LDR menurun hingga 1KĪ© atau bahkan lebih kecil lagi.

LDR terbuat dari sebuah cakram semikonduktor seperti kadmium sulfida dengan dua buah elektroda pada permukaannya. Pada saat intensitas cahaya yang mengenai LDR sedikit, bahan dari cakram LDR tersebut menghasilkan elektron bebas dengan jumlah yang relatif kecil. Sehingga hanya ada sedikit elektron untuk mengangkut muatan elektrik. Artinya saat intensitas cahaya yang mengenai LDR sedikit maka LDR akan memiliki resistansi yang besar.

Sedangkan pada saat kondisi terang, maka intensitas yang mengenai LDR banyak. Maka energi cahaya yang diserap akan membuat elektron bergerak cepat sehingga lepas dari atom bahan semikonduktor tersebut. Dengan banyaknya elektron bebas, maka muatan listrik lebih mudah untuk dialirkan. Artinya saat intensitas cahaya yang mengenai LDR banyak maka LDR akan memiliki resistansi yang kecil dan menjadi konduktor yang baik.

Hambatan Rangkaian Sensor Cahaya LDR untuk Lampu Otomatis gelap
Resistansi LDR pada kondisi terang (1.85 K ohm)

Resistansi LDR pada kondisi agak gelap (24.9 K ohm)
Gambar di atas adalah resistansi pada LDR dalam kondisi terang dan kondisi gelap. Dalam kondisi terang, resistansi masih kisaran 1K ohm, dan ketika cahaya sedikit terhalangi sehingga agak gelap, maka resistansi meningkat hingga puluhan kilo ohm. Karakteristik inilah yang bisa kita manfaatkan untuk mengaktifkan relay dan menghidupkan lampu.

Skema LDR / Rangkaian LDR untuk Lampu Otomatis

Untuk membuat lampu otomatis, setidaknya kita butuh 5 komponen sebagai berikut:
  • LDR, berfungsi untuk mendeteksi cahaya. Rencananya : jika siang maka lampu mati, jika malam lampu menyala.
  • Potensiometer, berfungsi untuk kalibrasi intensitas cahaya untuk menyalakan atau mematikan lampu.
  • Transistor jenis NPN, berfungsi sebagai sakelar elektrik untuk menghidupkan relay.
  • Resistor, sebagai pengaman arus yang masuk ke transistor.
  • Relay, berfungsi sebagai sakelar untuk menghidupkan lampu.

Setidaknya, kita hanya butuh 5 komponen untuk membuat sakelar cahaya untuk menghidupkan lampu. Kelima komponen tersebut belum termasuk kabel dan peralatan tambahan seperti tang untuk memotong, selotip (jika perlu), serta solder dan timahnya. Dalam percobaan kali ini, kami akan men-simulasikan rangkaian sakelar cahaya atau sensor cahaya untuk menghidupkan led dengan sumber daya dari baterai. Berikut skema lengkap dari sensor cahaya tersebut.

Skema Rangkaian Sensor Cahaya LDR untuk Lampu Otomatis


Cara kerja skema sakelar cahaya di atas yaitu : ketika cahaya terang, maka resistansi pada LDR akan berkurang sehingga tegangan antara basis dan emitor yang diwakili oleh resistor 330, sebagian resistansi VR, dan resistansi LDR lebih kecil daripada resistansi pada VR sebelah atas (antara basis ke positif). Sehingga transistor dalam keadaan tidak bekerja dan relay dalam kondisi terbuka.

Tapi ketika cahaya berkurang, maka resistansi meningkat dan sekaligus meningkat pula tegangan antara basis dan emitor. Kondisi ini membuat transistor aktif dan mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Karena arus yang mengalir melalui kolektor di seri dengan relay, maka relay akan ikut aktif. Aktifnya relay bisa kita manfaatkan untuk menghidupkan lampu dari PLN, atau dalam simulasi yang kami lakukan yaitu untuk menghidupkan led dengan baterai. Berikut adalah komponen yang siap dirakit + (baterai, led merah, dan resistor 1K untuk simulasi).

Komponen Rangkaian Sensor Cahaya LDR untuk Lampu Otomatis



Hasil rakitan komponen tersebut dalam project board ditambah dengan simulasi lampu led dengan baterai.

Skema Rangkaian Sensor Cahaya LDR
Kondisi terang, relay mati, led mati

Skema Rangkaian Sensor Cahaya LDR untuk saklar cahaya
LDR terhalangi (agak gelap), relay nyala, dan led nyala.


Sumber Link :http://www.elangsakti.com/2015/06/rangkaian-sensor-cahaya-ldr-lampu-otomatis.html 

cara membuat lampu sensor cahaya

Assalamu’alaikum..
Postingan kali ini saya akan coba membagi ilmu tentang bagaimana membuat sensor cahaya yang sangat sederhana. Apa manfaatnya?.. banyak sekali aplikasi untuk sensor cahaya ini. Contohnya untuk lampu jalan yang tiba-tiba nyala sendiri ketika gelap.. keren kan? Ga usah pake sihir.. haha atau aplikasi lain bisa kita pasangkan dengan lampu rumah yang ada di teras. Jadi kalo udah gelap ya bakalan nyala sendiri.. ga usah kita “cetrekin” sendiri.. simple kan?
Nah.. sekarang kita bahas komponen yang dibutuhkan untuk membuat sensor ini. Kita Cuma butuh
  1. Resistor (150 ohm)(1 buah aja)                  : nilai resistornya ga mesti 150 ohm juga gapapa, palingan Cuma ngaruh sama intensitas LEDnya. Tapi jangan terlalu kecil juga..  ntar malah bau angus lagi… haha. Cara memilih nilai resistornya saya jelaskan nanti.
  2. Transistor BJT NPN (1 buah aja)                 : beli yang NPN ya.. nah, transistor ini yang nantinya berfungsi sebagai saklar otomatisnya. Kalo belum tau transistor itu makhluk apa.. hehe gampangnya sih transistor itu singkatan dari Transfer Resistor.. maksudnya nilai resistansi antara terminalnya bisa diatur. Kalo kepo sama transistor, baca sendiri aja ya.. šŸ™‚
  3. LDR (5mm) (1 buah aja)                                 : LDR ini yang berfungsi sebagai sensor cahayanya.. ko bisa? Hehe namanya juga LDR (Ligth Dependent Resistor) bukan Long Distance Relationship loh.. -_-. Jadi resistor yang nilainya bergantung sama intensitas cahaya. Semakin besar intensitas cahayanya, semakin kecil nilai resistansinya. Sebaliknya juga gitu.. J
  4. LED(bebas mau berapa buah )                   : LED udah pada tau lah ya.. šŸ™‚ lampu doang juga haha
Sekarang tinggal alat yang dibutukan. Kita pakai saja project board sama yang paling penting adalah catuan DC 5 volt. Kalo ga ada yang 5 volt, kita pakai baterai yang 9 volt aja..  tapi nilai resistornya pakai yang lebih besar dari 150 ohm ya..
Ini dia skema rangkaiannya..
skema rangkaian
skema rangkaian
dan seperti ini rangkaian di project board nya
rangkaian di project board
rangkaian di project board
Nah, cara kerjanya begini…
Ketika keadaan ruangan terang, resistansi pada LDR sangat kecil.. bahkan lebih kecil dibandingkan dengan resistor yang kita pakai (150 ohm). Arus mempunyai karakteristik dominan mengalir pada hambatan yang kecil dibandingkan hambatan yang besar. Analoginya seperti arus yang bakal lebih deras mengalir pada sungai dengan batuan kerikil dibandingkan sungai dengan batuan besar. Sehingga, arus akan dominan mengalir melewati LDR, sedangkan arus pada resistor 150 ohm (kaki collector)sangat sangat kecil bahkan dianggap nol. Pada kondisi inilah transistor bekerja di daerah cut off (bekerja sebagai saklar terbuka). Oleh karena itu tidak ada arus yang melewati LED sehingga LED tidak menyala seperti ditunjukkan gambar di bawah ini
transistor pada mode cut off
transistor pada mode cut off
Berbeda jika pada keadaan ruangan gelap. Resistansi pada LDR akan sangat besar, sehingga tidak akan ada arus yang bisa mengalir melewatinya. Pada kondisi ini, rangkaian yang tersambung dengan LDR bisa kita anggap terputus dan tegangan diantara kaki collector dan emitter (Vce = 0), jadi arus dari catuan (Vcc) sepenuhnya mengalir melewati resistor 150 ohm (kaki collector) dan langsung ke LED sehingga bisa menyala. Pada kondisi ini transistor bekerja di daerah saturasi (bekerja sebagai saklar tertutup) seperti ditunjukkan gambar di bawah ini
transistor pada mode saturasi
transistor pada mode saturasi
Ok.. mudah-mudahan sampai sini udah ngerti ya.. sekarang saya jelaskan tentang penentuan nilai resistor yang dipasang.
Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas ketika LED menyala, resistor dan LED menjadi rangkaian seri. Sekedar mengingatkan saja, pada rangkaian seri, tegangannya terbagi sedangkan arus yang mengalir adalah sama. Penentuan nilai resistor ini sangat tergantung dengan jumlah LED dan jenis LED yang digunakan. Pada percobaan kali ini saya menggunakan satu buah LED biru sebagai contoh. LED biru dapat menyala pada tegangan 3V-3.5V dan arus 20mA. Kita menggunakan catuan sebesar 5 volt.
perhitungan
perhitungan
Sesuai perhitungan, kita boleh saja memasang resistor 100 ohm, hanya saja ketika saya coba resistornya cepat panas. Jadi agar lebih aman, pasang resistor yang nilainya sedikit lebih besar. Sehingga terpilihlah resisor dengan nilai 150 ohm.. hehe šŸ™‚

Maaf Kalo Kurang Lengkap
Sumber/Link Asli : https://birrybelajar.wordpress.com/2013/08/26/sensor-cahaya-dengan-ldr-saklar-otomatis-sederhana/
Terima Kasih

GoodLucky :)

Sunday, November 13, 2016

mengenal speaker

  Mengenai Speaker

Macam-Macam Speaker :

1. Midrange
adalah speaker yang umumnya berukuran sekitar 3-4 inci yang memiliki cakupan frekuensi 350-4500Hz. Midrange ini biasanya diikutsertakan pada 1 set sistem 3 way car audio. Tugasnya untuk membantu menyempurnakan high frekuensi atau mengakomodasi vokal yang terdengar agar lebih fokus dan jelas.
2. Tweeter
adalah speaker yang biasanya berukuran kecil 0,5 inci, paling besarpun berukuran 4 inci, tergantung merk dan kemampuan cakupan frekuensinya. Fungsi tweeter adalah untuk mereproduksi frekuensi tinggi yang cakupannya pada rentang 3500 Hz hingga 20 Khz. Contoh suara frekuensi tinggi ini antara lain adalah seperti suara vokal, cymbal drum dan suara dentingan alat musik lainnya. Tweeter pun juga ada yang dikenal dengan sebutan super tweeter / ribbon tweeter. Jenis ini memiliki bentuk yang berbeda dari tweeter biasa, biasanya persegi panjang dibentuk plat tipis dan mampu menghasilkan suara high frekuensi yang tidak dapat dijangkau oleh tweeter biasa, yaitu pada rentang 5 – 23 Khz.

3. Subwoofer / woofer
Fungsi speaker yang satu ini adalah untuk menghantarkan suara berfrekuensi rendah atau suara bass. Untuk woofer dibatasi pada rentang frekuensi 100 Hz atau dibawahnya, namun woofer yang mampu menyemburkan suara pada rentang frekuensi 40 Hz dan dibawahnya bisa disebut sebagai sebuah subwoofer. Pada umumnya subwoofer memiliki ukuran 12, 15, 18 inci sedangkan woofer sekitar 8-10 inci.
4. Midbass
adalah jenis speaker yang juga biasa disebut midwoofer, fungsinya untuk menghasilkan suara berfrekuensi dengan rentang 80-350 Hz. Suara yang dihasilkan midbass lebih didominasi pada suara rendah. Biasanya midbass memiliki diameter 5-7 inci.
5. Fullrange : jenis speaker yang mampu mereproduksi sinyal audio pada semua range gelombang frekuensi audio.
6. Horn : jenis speaker yang diproduksi khusus untuk mereproduksi sinyal audio pada range gelombang frekuensi vokal manusia.
Fungsi speaker dan Jenis Speaker
Twitter, Midrange, dan Woofer
Jenis speaker berdasarkan desain/bentuk :

1. Speaker Dual Cone
Desain speaker terdiri dari 2 buah cone ( konus ).
Speaker Dual Cone

2. Speaker Coaxcial (Terpusat)
Desain Speaker terdiri dari woofer, midrange dan tweeter dalam satu poros dan berdekatan. Peranti ini sengaja di desain menghasilkan frekuensi lebih rata. ( contoh speaker : 2 Way, Speaker 3 Way, Speaker 4 Way).
Speaker Coaxcial (Terpusat)
3. Speaker Split (Terpisah)
Speaker Split (Terpisah)

Jenis speaker ini adalah jenis terpisah. Woofer, Midrange dan tweeter terpisah. Speker ini dilengkapi dengan crossover yang tujuannya untuk membagi frekuensi suara (nada frekwensi rendah. menengah dan tinggi) :
      a. Speaker 2 Way Terdiri dari Woofer, Tweeter dan Crossover.
      b. Speaker 3 Way Terdiri dari Woofer, Midrange, Tweeter dan Crossover. 
Gambar Komponen Speaker :

Image result for komponen speaker
Bagaimana Cara Kerja Speaker?
Untuk memahami cara kerja speaker maka kita harus mengetahui terlebih dahulu bagian-bagian speaker. Bagian-bagian speaker digambarkan sebagai berikut:
Pada dasarnya speaker terdiri dari atas beberapa komponen utama yaitu cone, suspension, magnet permanen, voice coil dan juga kerangka speaker. Untuk dapat mengubah gelombang listrik menjadi gelombang suara yang dapat kita dengar, speaker memiliki komponen elektromagnetik yang terdiri dari kumparan yang disebut dengan voice coil. Komponen ini digunakan untuk menghasilkan medan magnet dan berinteraksi dengan magnet permanen yang mampu menggerakan cone speaker maju dan mundur. Gelombang listrik yang melalui voice coil akan mengakibatkan arah medan magnet berubah secara cepat sehingga terjadi tarik menarik dan tolak-menolak dengan magnet permanen. Sehingga terjadilah getaran maju dan mundur pada Cone Speaker yang dapat menghasilkan suara. Suspension yang ada pada speaker berfungsi untuk menarik cone speaker ke posisi semulanya setelah bergerak maju dan mundur. Selain itu, suspension juga berfungsi sebagai pemegang cone dan voice coil.